Perayaan Galungan dan Kuningan di Bali merupakan hari raya besar bagi umat Hindu. Penjor atau bambu yang sudah dihias dan terjejer rapi di tepi jalan sangat identik dengan perayaaan Galungan dan Kuningan. Kedua perayaan ini tidak dapat dipisahkan. Ingin tahu lebih dalam tentang hari raya besar umat Hindu yang diadakan dua kali dalam setahun ini? Ikuti ulasan kami yah…
Hari Raya Galungan
Tahukah kamu bahwa Hari Raya Galungan dirayakan setiap 6 bulan berdasarkan kalender Bali (210 hari) atau setiap hari Rabu Kliwon wuku Dungulan yakni sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Mulai dari tiga hari sebelum hari Galungan tiba, terdapat beberapa persiapan yang dilakukan umat Hindu yaitu:
1. Hari Penyekeban
Hari ini jatuh pada Minggu Pahing wuku Dungulan, hari ini berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
2. Hari Penyajaan
Di mana hari ini memiliki filosofi untuk memantapkan diri merayakan hari raya Galungan. Menurut kepercayaan, biasanya umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan.
3. Hari Penampahan

Pada hari ini, umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala anugerah yang telah diterima selama ini. Tidak hanya penjor saja, kegiatan sembelih babi juga dilakukan sebagai pelengkap upacara.
Nah ketika Hari Galungan tiba, umat Hindu telah memulai upacara Galungan dari pagi hari. Dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke pura sekitar lingkungan. Sama halnya dengan perayaan umat beragama yang lain, umat Hindu juga memiliki tradisi “Pulang Kampung” yakni para perantau menyempatkan diri untuk sembahyang di daerah kelahiran masing-masing.

Jika ada keluarga yang sudah meninggal dan masih berstatus dikubur atau mapendem, maka sanak keluarga wajib membawa banten ke kuburan. Setelah Galungan, umat Hindu merayakan Umanis Galungan. Biasanya umat Hindu gunakan untuk silahturahmi berkunjung ke rumah sanak saudara atau pergi ke tempat rekreasi.
Hari Raya Kuningan
Kuningan menandakan bagian akhir dari rangkaian perayaan hari raya Galungan yang jatuh pada 10 hari setelah Galungan. Kuningan berasal dari kata “kuning”, sehingga perayaan ini identik dengan warna kuning yang memiliki makna kebahagiaan, keberhasilan dan kesejahteraan.
Hari raya Kuningan artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya. Umat Hindu pun harus sudah selesai melakukan persembahyangan sebelum jam 12 siang karena jika lewat dari jam tersebut hanya akan diterima oleh Bhuta dan Kala. Hal ini sebenarnya mengandung nilai disiplin waktu dan kemampuan untuk memanajemen waktu.